Kamis, 30 September 2010

bisu

—sebab kata tak selamanya punya suara,
maka kugurat gugat dalam aksara.
segaris, dua, hingga larik berbaris pada lembarlembar nota
kutuliskan. sambil mengepal geram silam. akankah kau baca? tidak.
tidak. aku tahu, telah lama engkau memilih buta. duniamu pusaran imaji
sibuk berlari. berlari. adakah berarti?
nyala api, potret mati, coretan grafiti, surat permohonan
untuk sekedar diakui. imaji. berlari. hanya kau beri arti
manakala bertaut dengan yang kau ingini. tetapi,
sungguh, jika memang cuma kehendakmu saja yang layak terjadi,
apakah kau pikir engkau tuhan? ujarku, bukan.


bakoel koffie, cikini,
28 september 2010

Kamis, 16 September 2010

doa

aku tak pernah gentar akan gulita
tapi aku takut pada kelam yang kini hadang
dan tak pernah kuelakkan pertarungan
tapi ini perang mengadu sesaudara saling tikam
cucucucu abraham merahi tanahMu dengan darah, Tuhan
dan di sini aku sungkur dicabik ngeri—

Tuhanku, wahai Tuhanku
selamatkanlah aku dari umatMu.


16 september 2010

Jumat, 10 September 2010

Lebaran Menang-menangan

Aktivis hilang sejak sembilan delapan belum pada pulang sampai sekarang. Cak Munir wafat tahun dua ribu enam pembunuhnya belum masuk kurungan. Preman-preman bersorban kerja borongan jadi polisi-jaksa-hakim-eksekutor urusan moral—tetap merdeka berkeliaran. Tempat ibadah dibekap segel, Tuhan disuruh berkemas pindah rumah. Banjir lumpur empat tahun biang keroknya tak tahu malu. Bekas birokrat korup dapat diskon hukuman, sebentar lagi boleh melenggang. Wakil partai kepingin gedung anyar dengan kolam renang dan ruang pelesir. Menteri pantun jadi Big Brother, dunia maya sasaran awal.

Ibu tikam bayinya lantaran malu tak bisa bayar utang seratus ribu. Guru honorer tanpa teha-er curi baju buat ponakan diancam bui lima tahun. Anak esde gantung diri gara-gara tak sanggup bayar espepe. Gelandangan dan pengemis jadi pemandangan tragis digaruk habis satpol-pepe supaya mata pejabat tak kelilipan. Ratusan jiwa jadi korban ledak bom waktu yang menyaru tabung elpiji tiga kilo. Jalan simpang siur, mudik makan korban mangkat seratus enam empat pas hari lebaran.

Kau bilang, “Rayakan kemenangan!” Boleh kutanya—
“Gerangan apa yang dimenangkan?”



Hari Lebaran, 10 September 2010

Rabu, 08 September 2010

Lament

: as we reach out to the Honorable Representatives

We stumble, souls flickered.
Voice—stuttering. Faint.
Unheard, almost. We try.
To speak. To be heard.
Are you there?

We beseech. We weep,
‘till our flesh sodden—
with tears. We wail.
We wail. For mercy. For help.
Do you hear?

We're no coward, for we've fought.
We fight. Hour by hour.
To earn: our dear life. We struggle.
We bleed. Each day.
Do you see us?

But eyes—your precious sight, fell upon us,
barely once. Once!
In every 5 years.
We are: Statistics. Numbers. Nameless.
For you—

Deaths. Poverty. Stupidity.
Sinking lives.
Results from your policies of monstrosity.
Taking tolls. Of us: The People.
Look at us!



4 September 2010