Jumat, 10 September 2010

Lebaran Menang-menangan

Aktivis hilang sejak sembilan delapan belum pada pulang sampai sekarang. Cak Munir wafat tahun dua ribu enam pembunuhnya belum masuk kurungan. Preman-preman bersorban kerja borongan jadi polisi-jaksa-hakim-eksekutor urusan moral—tetap merdeka berkeliaran. Tempat ibadah dibekap segel, Tuhan disuruh berkemas pindah rumah. Banjir lumpur empat tahun biang keroknya tak tahu malu. Bekas birokrat korup dapat diskon hukuman, sebentar lagi boleh melenggang. Wakil partai kepingin gedung anyar dengan kolam renang dan ruang pelesir. Menteri pantun jadi Big Brother, dunia maya sasaran awal.

Ibu tikam bayinya lantaran malu tak bisa bayar utang seratus ribu. Guru honorer tanpa teha-er curi baju buat ponakan diancam bui lima tahun. Anak esde gantung diri gara-gara tak sanggup bayar espepe. Gelandangan dan pengemis jadi pemandangan tragis digaruk habis satpol-pepe supaya mata pejabat tak kelilipan. Ratusan jiwa jadi korban ledak bom waktu yang menyaru tabung elpiji tiga kilo. Jalan simpang siur, mudik makan korban mangkat seratus enam empat pas hari lebaran.

Kau bilang, “Rayakan kemenangan!” Boleh kutanya—
“Gerangan apa yang dimenangkan?”



Hari Lebaran, 10 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar